Biografi Barry Likumahuwa
Posted by : reza123, 07-05-2014
Barry Likumahuwa
Barry Likumahuwa atau akrab dengan sapaan “barry”, orang kaya akan bakat musiknya yang besar. Sempat terbebani dengan nama besar sang ayah, putra Benny Likumahuwa ini akhirnya bisa membuktikan diri dan mengukir jejak sendiri. Di tangannya, instrumen bass dan musik jazz dapat terdengar asyik dan bisa dinikmati oleh semua kalangan.
Lahir dan besar di lingkungan pemusik, Elseos Jeberani Emanuel Likumahuwa jatuh cinta pada musik. Sejak masih di dalam kandungan, Ribkah Ariadini, Barry setiap hari dicekoki dengan musik, terutama musik jazz kreasi sang ayah, Benny Likumahuwa.Tapi, kecintaan Barry yang sesungguhnya pada jazz baru benar-benar tumbuh saat ia usia 11 tahun. “saat itu Papa dan Mama mengajak barry ke festival jazz. Disana barry nonton penampilan grup Chick Korea , dan langsung jatuh cinta. Terutama sama permainan bass John Pattituci, bassis Chick Korea ”.
Memasuki bangku SMA, Barry membentuk band bersama teman sekolahnya. Menjajal berbagai panggung sekolah, Barry sangat tak terpisahkan dengan bass-nya. “barry memilih bass karena tertarik mengeksplornya. Kebanyakan orang mengenal bass hanya cenderung sebagai instrumen belakang, hanya untuk rhtym dan menjaga beat . Padahal, tidak juga. Bass itu bisa dimainkan dengan banyak cara, bisa tiba-tiba di depan, sebagai lead , atau solo juga.”
Karna rasa cintanya pada bass dan musik jazz, Barry bahkan sempat bertekad tak mau merasakan bangku kuliah. Barry bertekad hidup sepenuhnya dari musik. Tentu saja tekad barry ini membuat pusing kedua orangtuanya. “Akhirnya Papa - Mama barry memberikan ultimatum. “Kalau memang bisa hidup dari musik, enggak kuliah pun, enggak apa-apa.”
Sayang, tekad bulat saja tak cukup. Setelah menunggu cukup lama, tak ada job yang menghampiri Barry. “Akhirnya mau tak mau barry harus kuliah. Dengan mencari tempat kuliah yang murah dan cepat, karena sebenarnya memang tidak ingin kuliah,” Barry pun akhirnya menyelesaikan D-1 jurusan desain grafis.
Setelah usainya dunia kuliah, Barry kembali menggantungkan hidup dari musik. Meski rajin menggelar pertunjukan, tidak banyak rupiah yang bisa didapat oleh Barry saat itu. “Sudah banyak yang tau juga kalau jazz itu, bayarannya paling kecil,” ujar Barry. Tapi, dewi fortuna akhirnya memihak pada Barry. Pada satu pertunjukan di tahun 2003, barry dipertemukan dengan Glenn Fredly.
Glenn yang jatuh cinta dengan betotan bass Barry yang oke, langsung menggandengnya menjadi personil tetap di band pengiring. Perjalanan profesional Barry dimulai. Perlahan namun pasti, nama Barry pun mulai dikenal, tak hanya di kancah musik jazz, tapi juga pop.
“Pop itu adalah penyokong dan nambah tabungan. Dari jazz kan, enggak bisa hidup. Kalau mau hidup dari musik, harus bisa lihat realitas,” ujar Barry yang bersama Glenn, banyak menangani proyek musik. “Enggak cuma main bass, tapi juga jadi arranger dan music director .”
Tetapi, masa-masa ‘bulan madu’ Barry-Glenn hanya bertahan 4 tahun. Merasa tak lagi sejalan dalam visi dan idealisme, Barry pun melepas posisinya sebagai bassis di band pengiring Glenn. Tak selang waktu yang lama, Barry menerima tawaran bermain bersama Dewi Sandra dan Agnes Monica.
Hati dan jiwa Barry tetap terikat pada jazz. Mimpi dan obsesinya pun hanya untuk genre musik satu ini. Pria berlesung pipi ini bahkan juga berhasrat menjadikan bassis sebagai pentolan alias bagian depan. Hasrat inilah yang mendorong Barry mencetuskan proyek solo perdananya yang dinamai Barry Likumahuwa Project (BLP), 2006 lalu.
Awalnya tidak sengaja. Saat event tahunan Java Jazz digelar tahun itu, Barry diminta mengisi salah satu panggung. Karena mendadak, Barry yang belum memiliki band, terpaksa mereqrut teman-teman pemusik yang sudah dikenalnya, dan menggunakan namanya sendiri sebagai nama band tersebut.
Tak disangka, band instan itu justru menarik perhatian. Tahun 2008 BLP meluncurkan album perdana bertajuk Goodspell dengan hits Mati Saja . Sembilan dari 11 lagu di album ini adalah ciptaan Barry. Hebatnya, kemunculan BLP berhasil mencuri perhatian, khususnya kaum muda. Tentang pencapaiannya ini, Barry patut bangga.
“Secara tiba - tibapun Anak muda sekarang ini mendadak jazz. Banyak yang suka, walau mungkin kalau ditanya banyak enggak tahunya. Tapi tidak masalah. Semua itu, termasuk festival jazz yang marak, bisa jadi kesempatan buat musisi dan pencinta jazz beneran untuk memperkenalkan jazz sesungguhnya.”
Satu resep Barry demi memasukkan jazz di kalangan muda, mencoba tampil beda. “Banyak musisi jazz yang gayanya serius, diam dan tenang. Berbeda dengan barry. Barry bermain di panggung jazz dengan gaya rockstar . Hasilnya, sejauh ini cukup banyak yang suka. Jazz itu enggak selalu berat, tapi bisa buat fun juga,” ujar Barry.
Ketika Barry memutuskan serius di musik, barry ingin orang mau main dengan barry karena memang ia bagus. Bukan karena Papa. Merasa capek juga selalu diperkenalkan,‘Ini Barry, anak Benny.’ Bukannya, “Barry, pemain bass.’ Ini sempat jadi momok buat barry,”. Karna hal itu, barry sempat mengganti nama belakangnya dengan barry likoe.
Tapi suatu peristiwa akhirnya membuat Barry kembali menggunakan nama Likumahuwa. “Waktu itu barry sedang main dalam sebuah acara musik. Papa-Mama ternyata hadir. Nah, waktu melihat buku acara, Papa kaget banget melihat nama Barry Likoe, bukannya Barry Likumahuwa.”
Saat itu sempat terbersit di benak Benny, putra bungsunya tak mau lagi menyandang nama keluarga. Melihat reaksi kecewa sang Ayah, Barry pun menyerah. “Akhirnya barry kembali menggunakan nama Likumahuwa dengan keyakinan, satu saat orang bisa tahu aku karena karyaku, bukan karena nama belakang.” Dan kini Barry boleh berbangga. Di usia muda, cita-citanya telah pun terwujud .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar